Home » » Secuil kontemplasi dari hasil pemilu legislatif 2009

Secuil kontemplasi dari hasil pemilu legislatif 2009

Written By supriyono on 21 April 2009 | 4/21/2009 05:29:00 PM

Oleh M.Fahrudin*
Alhamdulillah, secara umum pemilu legislatif tahun 2009 berjalan dengan cukup lancar. Kendala teknis persiapan memang menjadi catatan tersendiri karena Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang kacau balau. Tetapi situasi nasional secara umum tetap kondusif.

Target PKS untuk meraih suara sebanyak 20% yang ditetapkan sejak munas tahun 2005 ternyata meleset jauh dan hanya mendapatkan sekitar 8% (versi quick count dan tabulasi KPU) atau sekitar 12% (versi tabulasi internal). Banyak hal yang menjadi catatan mengenai penyebab ketidaksuksesan ini. Kita bisa meninjaunya dari dua sudut pandang. Pertama adalah dari ketercapaian target, kedua adalah dari sudut pandang rival sesama peserta pemilu.

Jika kita melihat dari sudut pandang pertama, maka kita akan melihat bahwa ini adalah kegagalan yang cukup besar. Bagaimana tidak, langkah-langkah sudah dipersiapkan sejak 4 tahun sebelumnya. Semua struktur sudah bekerja keras, bahkan parameter kenaikan yang signifikan sudah sangat terukur dari beberapa pilkada yang dimenangkan. Tetapi ternyata hasilnya sangat jauh dari harapan. Tak sampai 50% dari target, bahkan nyaris tidak ada peningkatan dari hasil pemilu 5 tahun sebelumnya.

Tetapi jika kita melihat dari sudut pandang rivalitas sesama peserta pemilu, maka kita akan mendapatkan gambaran yang mencengangkan: Selain PKS dan PD, semua peserta pemilu tahun 2004 mengalami kejatuhan suara yang signifikan. Praktis PKS hanya kalah dari Partai Demokrat. Jika kita melihat bagaimana cara PD berkampanye, maka kita akan memahami bahwa memang inilah sunnatullah. Siapa yang lebih “luar biasa” kerjanya, maka hasilnya pun akan lebih “luar biasa” pula. Di sini saya tidak berbicara tentang keikhlasan ataupun tentang kapasitas kader, tetapi lebih ke arah strategi memenangkan pemilu.

Realitas masyarakat Indonesia
Jika kita melihat realitas masyarakat Indonesia saat ini, maka kita akan mendapati bahwa mereka sangat mudah untuk digiring opininya. Lihat pengalaman pemilu presiden tahun 2004 lalu, bagaimana SBY dicitrakan sebagai sosok yang gaul, ganteng, gagah, dsb. Kemudian lihat juga kemenangan HADE di jawa barat, di mana PKS sukses mengopinikan citra muda-ganteng di tengah kedua calon lainnya yang sudah kakek-kakek. Lihat juga bagaimana media menggiring Foke menjadi orang yang sangat gaul pada pilkada Jakarta lalu.

Di mana-mana fenomena ini seragam. Apalagi ditambah dengan budaya sinetron dan film-film chicklit yang semakin menjadi-jadi. Masyarakat Indonesia secara umum tidak memiliki budaya menggali dan mengenali, tetapi hanya puas dengan citra menyenangkan saja. Dan Partai Demokrat melakukan itu. Sejak jauh-jauh hari kita bisa mengamati sikap SBY yang selalu terdesain dan terencana. Tidak pernah ada sikap spontan dari beliau. (cara bersikap di depan publik saja sudah direncanakan) Kemudian program-program populis seperti BLT, penurunan harga BBM (3 kali!!!), PNPM, swasembada pangan, dan lain-lain, ditambah dengan iklan layanan masyarakat, maka pencitraan itu dilaksanakan secara sangat sistematis. Belum lagi iklan partai yang sangat sering selama masa kampanye yang 9 bulan itu.

Ini belum ditambah dengan penggunaan artis-artis papan atas, logistik pemilu yang gila-gilaan (kualitas eksklusif dan jumlah yang luar biasa banyaknya), akomodasi yang sedemikian mewahnya selama masa kampanye terbuka kemarin (panggung setara konser soundrenalin yang dipasang di 13 kota, yang didrop langsung dari Jakarta). Ini masih belum ditambah dengan dukungan konsultan politik Fox Indonesia yang mengatur standarisasi “rasa” dalam setiap kampanye terbuka. Kita tidak bisa membayangkan betapa luar biasa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk kampanye ini, sehingga jika kita tahu, maka sangat keterlaluan kalau kalah (ini kata Wisnu Nugroho di blognya, wartawan kompas yang ditugaskan untuk meliput SBY dan JK kemanapun mereka pergi, termasuk selama kampanye).

Dari mana semua dana itu? ........

Apa yang dilakukan PKS?
Lantas, apa yang dilakukan PKS selama ini? Politik pendidikan!! PKS sama sekali bukan partai massa, tetapi partai kader yang berjuang atas dasar visi. Ketika seseorang akan bergabung dengan partai, maka dia akan diajarkan mengenal Tuhannya terlebih dahulu. Kemudian mengenal Rasulnya, mengenal agamanya. Partai urusan kesekian. Apalagi urusan tetek bengek politik, kampanye, pilkada, dan lain sebagainya.

Pola seperti ini senantiasa terbawa pada setiap kampanyenya. Lihat saja semua leaflet dan brosur partai, semua penuh dengan penjelasan tentang visi-misi-program. Lihat saja fondasi partainya, sistem kerja jelas, struktur kepartaiannya jelas, bahkan platformnya pun dibukukan dan dijual bebas di mana-mana. Kemudian juga diseminarkan di berbagai tempat. Bahkan untuk figur jagoan dalam pilkada jabar, HADE, yang sebenarnya tanpa perlu visi-misi-janji jor-joran sudah sangat menjual pun, tetap menyusun konsep pemerintahan dan mengkampanyekannya.

Dengan pola kerja sistem kepartaian yang seperti ini, maka pendapatan suara sebesar 7,8% saja (atau menempati posisi keempat) sudah luar biasa. PKS berhasil melakukan pendidikan politik untuk setidaknya 7,8% pemilih yang menggunakan hak pilihnya. Dan itu dilakukan oleh sebuah partai yang baru berumur 11 tahun, dengan pendanaan terbatas, dan dikepung oleh partai-partai dengan pendanaan luar biasa (PDIP dan Golkar) dan sebuah partai dengan pendanaan super luar biasa (Demokrat) yang semuanya justru melakukan pembodohan politik secara terang-terangan. Makanya, hingga saat ini saya menilai hasil PKS pada pemilu kali ini sangat spektakuler.

Wallahu a’lam.

*fahrudin1973@yahoo.com

Share this article :

0 comments:

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template | PKS PIYUNGAN
Copyright © 2011. PKS SUKARAJA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger