TAJURHALANG - Tak hanya melakukan direct selling ke berbagai lapisan masyarakat, relawan Soenmandjaja-Ace Supeli (Sae) juga mengadakan bakti sosial di berbagai wilayah Kabupaten Bogor. Aksi baksos ini dituangkan dalam bentuk khitanan massal di wilayah Tajurhalang, kemarin. Lokasi acara mengambil tempat di Masjid Al-Muttaqien, Perum Pura Tajurhalang, dengan peserta sekitar 15 orang.
“Aksi ini merupakan rangkaian kegiatan menyambut liburan sekolah yang digelar relawan Sae di berbagai pelosok kabupaten. Acara di Tajurhalang boleh dibilang merupakan rangkaian penutup program khitanan untuk 1000 anak yatim dan dhuafa yang secara keseluruhan tersebar di enam zona dakwah Kabupaten Bogor,” jelas Humas Tim Pemenangan Sae, Ahmad Muarif.
Menurutnya, rata-rata tiap DPR (Dewan Pimpinan Ranting) PKS yang ada di setiap desa melakukan aksi khitanan massal sebanyak 20 anak. “Kadang tiap desa atau DPR melakukannya, namun kadang di pusatkan di tiap DPC (Dewan Pimpinan Cabang) atau kecamatan. Dengan demikian, target 1000 anak yatim dan dhuafa yang kita santuni melalui khitanan massal tercapai,” papar lelaki yang dalam jajaran fungsionaris DPD PKS Kabupaten Bogor juga menjabat sebagai Ketua Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam) tersebut.
Setiap anak, lanjut Muarif, selain dikhitan, juga diberi santunan berupa alat-alat sekolah seperti buku tulis dan tas sekolah serta uang kadeudeuh. “Dari catatan kami, ternyata masih banyak masyarakat yang ingin mengkhitankan anaknya, namun terbentur ketiadaan biaya,” katanya.
Muarif menegaskan, masih banyaknya anak-anak kurang mampu yang ingin dikhitan memberikan bukti bahwa persoalan dasar dari kesehatan di masyarakat masih harus dibenahi. Artinya, meski kesadaran akan pentingnya kesehatan sudah mulai terbentuk, namun secara kualitas dan kuantitas tingkat kesehatan masyarakat, khususnya di pedesaan masih rendah. Padahal, selain memenuhi aspek pelaksanaan ajaran agama, khitan merupakan salah satu bentuk pencegahan berbagai penyakit yang menyangkut kelamin.
“Dari berbagai kajian medis, khitan yang dilakukan dapat membersihkan berbagai kotoran yang menempel di kelamin, yang tentu dapat menjadi sumber penyakit,” jelas Muarif, yang dibenarkan dr Bambang Priyono, salah satu dokter yang terlibat dalam khitanan massal tersebut.
Perangi Kemiskinan
Selain itu, animo yang tinggi namun terbentur ketiadaan biaya memberi pertanda bila tingkat ekonomi masyarakat masih belum merata. “Harus diakui, masih besarnya angka kemiskinan di Kabupaten Bogor hingga lebih dari 1 juta orang memberi bukti, ini persoalan besar yang harusnya menjadi perhatian para pemimpin di Kabupaten Bogor. Artinya, mengentaskan kemiskinan seperempat penduduk kabupaten ini bukan hanya janji belaka saat menjelang Pilkada, tapi harus dibuktikan dan diperjuangkan segera,” tandas Muarif.
Oleh karena itu, ia kemudian menunjuk salah satu prioritas utama pembangunan Kabupaten Bogor dari Sae adalah mengentaskan kemiskinan yang masih tinggi dengan menciptakan lapangan-lapangan kerja baru serta program-program pemberdayaan. “Harus diakui kalau sendirian kita melakukan itu, tak mungkin. Karenanya, rancangan yang akan dilakukan kalau Sae terpilih adalah melibatkan semua komponen masyarakat dan pemerintah, baik daerah dan pusat untuk bersama-sama menghabisi kemiskinan di wilayah ini,” paparnya.
Lebih lanjut Muarif menjelaskan, pemerintah pusat yang memiliki program pengentasan kemiskinan, baik melalui Menko Kesra, Menneg UMKM untuk segmen pedagang kecil, maupun Deptan untuk segmen petani, sejatinya sangat membutuhkan mitra pemerintah daerah. Bila program-program tersebut bisa lebih kuat berperan di Kabupaten Bogor, bukan tidak mungkin sebagian besar kendala pengentasan kemiskinan dapat teratasi.
‘Tentu saja, syaratnya kita mampu menyakinkan mereka untuk mengucurkan program-programnya dalam skala besar. Syarat ini baru bisa dijalankan kalau kita amanah dan memang memprioritaskan program pengentasan kemiskinan sebagai salah satu program utama pembangunan,” tegas Muarif.
Tak hanya itu, lanjutnya, kalangan swasta dan LSM yang peduli dalam program pemberdayaan masyarakat miskin juga cukup banyak. “Persoalannya, birokrat selama ini masih belum bisa menyakinkan kalangan swasta dengan program CSR (corporate social responsibility)-nya untuk bisa mengucur di wilayahnya. Jadi, sepantasnya kalau kita proaktif untuk menyakinkan mereka, para pengusaha atau lembaga sosial untuk bisa mengucurkan programnya ke Bogor. Ada milyaran dana-dana seperti itu yang bisa dimanfaatkan dalam mengentaskan kemiskinan. Kami, di tim Sae sangat yakin kalau ini terlaksana, Insya Allah kemiskinan akan hilang dari bumi Bogor,” jelasnya.
Strategi pengentasan kemiskinan ini, dalam kajian tim Sae, juga harus disinergikan dengan program serupa dari wilayah sekitar. “Artinya, kita harus bicara dengan Pemda Sukabumi, Cianjur, Depok, Karawang, Bekasi, hingga Tangerang dan Lebak. Sebab, daerah-daerah itu juga punya problem serupa yang untuk wilayah perbatasan perlu dibicarakan bersama pelaksanaan maupun programnya. Tentu saja ini sangat terkait dengan penciptaan wilayah sentra pertumbuhan yang ada di perbatasan,” paparnya.
Problem yang selama ini muncul setiap wilayah perbatasan, ada kesan pemda masing-masing enggan memberi perhatian penuh dalam pembangunan wilayah tersebut. Akibatnya, wilayah yang cenderung tertinggal adalah di wilayah perbatasan. “Ada ego wilayah yang menganggap kalau salah satu pemda membangun daerah tersebut, maka yang menikmati justru penduduk wilayah lain sehingga terjadi pembiaran yang tentu akibatnya menyulitkan masyarakat. Oleh karena itu, harus diciptakan satu komitmen bersama dengan sinergisitas yang menjadikan pembangunan daerah perbatasan adalah tanggung jawab bersama,” jelasnya
Dengan demikian, dalam kajian tim Sae yang dimotori Sunmandjaya dan Ace Supeli, tak ada kata tak mungkin dalam memerangi kemiskinan. “Insya Allah, kalau problem kemiskinan ini tuntas, maka problem-problem yang lain bisa kita atasi juga,” ujar Muarif mengakhiri. (aan/*)
sumber: Radar Bogor
No comments:
Post a Comment